Imaginasi Merdeka di 2050

"Jikalau ingin menjadi satu bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunyai kehendak untuk bekerja, perlu pula mempunyai imagination!"
(Soekarno) 

           Proyeksi pertumbuhan Indonesia yang dikatakan menjadi urutan nomor ke 4 di dunia, bukanlah hal yang mustahil. Kadang, kita harus mempunyai imaginasi yang tinggi. Dan imaginasi yang tinggi biasa didapatkan dari anak-anak. Anak-anak disebut sebagai masa depan bangsa, bahkan masa depan bangsa yang diproyeksikan maju pada tahun 2050. Padahal nasib bangsa ini sedang dipertaruhkan. Penulis merasa sedih ketika anak-anak dipedalaman Kalimantan harus melewati jembatan yang 'tipis' untuk menggapai asa, menggapai wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah.
           Masalahnya adalah apakah kita siap dengan perubahan ekonomi. Saya mengambil contoh Negara China. Di dalam buku karya Martin Jacques yang diterbitkan oleh Kompas, Pemerintah China tidak mengambil patokan perkembangan Ekonomi tiap tahunnya. Mereka secara signifikan berkembang kurang lebih 10% setiap tahunnya. Sistem yang dipakai yaitu desentralisasi. Awalnya mereka adalah sentralisasi, namun mereka berpikir bahwa sistem desentralisasi membuat tiap daerah memiliki persaingan sendiri. Lantas di Indonesia, sistem desentralisasi belum berjalan maksimal? Menurut saya ada beberapa poin yang membuat negara ini kurang berkembang:
Kesadaran bangsa yang masih belum bersatu. Adanya urusan lapisan masyarakat, yang membuat hal ini sulit terwujud. Hal ini dapat dikatakan SARA, membuat Indonesia tidak berpikiran penuh dengan jiwa nasionalisme.
Aparat yang bekerja memiliki produktivitas yang rendah. Sistem di Filipina baru-baru ini membuat PNS yang memiliki rapor dibawah 70 diajukan untuk pensiun dini
Keterhubungan daerah yang rendah. Masihkah anda ingat dengan Jembatan Kutai Kartanegara yang amblas baru-baru ini. Pemerintah daerah disana langsung bingung menyikapi bantuan logistik. Terbukti bahwa jembatan Kutkar menjadi jembatan yang utama
             Saya mengajak anda untuk berimaginasi, terutama generasi muda. Bung Karno mengatakan gantunglah cita-citamu setinggi langit. Bagaimana semangat itu menjadi sebuah semangat yang bergelora.

Jadilah seperti lilin-lilin yang siap menjadi penerang dimanapun kamu berada. Dan ingatlah bahwa kamu haruslah menjadi lilin yang siap terbakar dan meleleh (penulis)

BERSAMBUNG...



No comments:

Post a Comment

Peta Pengunjung