Individu dan Antropologi

Mulanya, Koentjaraningrat mengklasifikasikan 3 sub kebudayaan manusia. Budaya menurutnya adalah pola pikir, pola karsa, dan pola rasa. Bagian yang menjadi hasilnya ialah artifact. Baginya karya manusia lewat budaya dipakai sebagai acuan untuk melihat ide mengenai sosial. Sosial yang dimaksud disini adalah ide mengenai teori-teori yang tumbuh di Dunia

Saya selalu tertarik dengan masalah budaya. Sudah lama sekali saya tidak mencatat di blog ini. Dan baru-baru ini ada hasrat lagi untuk menulis. Tema yang saya munculkan disini adalah mengenai Antropologi. Keliatannya ilmunya sangat lama ya? Ya memang ilmu mengenai antropologi sudah lama ada. Bahkan antropologi dianggap sebagai usaha para kolonialis menaklukan jajahannya. Saya disini tidak akan membahas mengenaai latar belakang antropologi. Tetapi yang jelas berdasarkan sejarah antropologi sendiri. Selalu ada yang dinamakan percampuran pengetahuan.

Cara pandang dalam antropologi ini adalah cara pandang antropologi psikologi. Tidak lama setelah berselang beberapa tahun dari Franz Boaz meninggal (seorang Antropolog kebangsaan Amerika) muncullah seorang wanita bernama M. Mead (tidak ada kaitannya dengan George H. Mead, Sosiolog) yang menggunakan psiko-analisis untuk meneliti perkembangan manusia di daerah pedalaman desa. Mungkin pembaca pernah mendengar bahkan melihat di film-film dimana ada secarik kertas yang dibubuhkan tanda warna hitam. Ya itu adalah metode yang digunakan psikologi dan antropolog dalam meneliti juga.

Memang ada kritikan dari beberapa antropolog mengenai kegunaan Psikologi sebagai pendamping dari Antropologi, tetapi pertama yang jelas adalah bahwa Psikologi memberikan salah satu efek cara pandang antropologi di dalam melihat karakter individu masyarakat desa

Peta Pengunjung